Hasil Sexual Behavior Survey 2011 yang dilakukan oleh DKT Indonesia, menunjukkan bahwa anak muda di kota-kota besar paling banyak 'belajar' seks melalui film porno (64 persen), disusul dari teman sebaya (54 persen), orangtua (35 persen), pengalaman pribadi dan internet (34 persen), lainnya (4,5 persen).
"Peran orangtua jauh di bawah peran teman-teman dan film porno (DVD bajakan) yang sangat murah dan mudah diperoleh," ujar Pierre Frederick, Sr. Brand Manager Sutra & Fiesta Condoms, DKT Indonesia, dalam acara Sex Survey Presentation 2011 di Four Season Hotel, Jakarta, Senin (5/11/2011).
Sexual Behavior Survey 2011 dilakukan oleh DKT Indonesia berfokus pada perilaku seksual remaja dan kaum muda berusia 15-25 tahun. Data tersebut merupakan hasil wawancara langsung terhadap 663 responden di 5 kota besar di Indonesia, yaitu Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.
"Saya pernah nanya ke mahasiswa saya apakah mereka pernah menanyakan soal seks ke orangtuanya. Katanya kalau nanya-nanya ke orangtua soal seks, mereka malah dituduh sudah atau bakal melakukan hubungan seks, jadinya kan malah pada takut. Padahal orangtua memegang peran penting terhadap perilaku seksual putra-putrinya," jelas Zoya Amirin M.Psi, Psikolog seksual dan pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Menurut Zoya, itulah pentingnya memberikan pendidikan seks pada anak sejak dini di lingkungan keluarga. Pendidikan seks bukan bermaksud untuk mengajarkan anak supaya bisa melakukan hubungan seks, tetapi agar usia biologis bisa seimbang dengan perkembangan psiko-seksual, sehingga si anak siap dan mengetahui risiko yang akan dia terima bila melakukan seks pra nikah.
"Jangan hanya mengharapkan pendidikan seks dari pelajaran biologi di sekolah, karena itu hanya mengajarkan bagaimana sperma bertemu dengan sel telur dan terjadi ovulasi. Setelah itu apa? Seharusnya ibu harus bisa memberikan pendidikan seks yang tepat pada putrinya dan ayah pada putranya. Jangan malah pakai istilah aneh-aneh untuk menyebut penis dan vagina, sebut saja penis jangan burung, itu malah tidak benar. Dampingi juga anak ketika menonton televisi, kalau ada adegan ciuman jangan ditutup matanya, tapi dijelaskan bahwa adegan itu adalah bentuk kasih sayang antara ibu dan ayah dan tidak boleh sembarangan. Ajarkan juga anak agama dan budaya sebagai pegangan," jelas Zoya, yang juga anggota dari Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI).